Enaknya gak naik kelas di universitas kehidupan

Sebuah curhatan seorang Ardista Arrachman bahwa sisi kehidupan yg baru disadari ternyata lebih menarik daripada rutinitas keseharian

Enaknya apaan? Ngulangi dengan materi yg sama whiches gua pernah sih ngulang mata kuliah, yg gak nyantol2.. Dari sd smp sma ampe kuliah gw gak ngerti fokus ke mata pelajaran yg bercabang itu (misal bahasa inggris, mate, biologi, fisika, biotoksikologi, bioteknologi dll) gua tahu ilmu itu.
Pertanyaan gw apakah gw mau habisin waktu kuliah dateng untuk dapet prestasi sehingga bisa lulus mata kuliah itu.. Apakah itu bisa mengurangi kegalauan gw, kan harusnya iya, ternyata tempat ujian gw tau dimana bro.. Sis.. Dimana anak kecil, orang dewasa yg berjalan di jalan, pedagang yg menggelar dagangannya, berkeliling menggunakan gerobak nya, mencari sesuatu yg halal, demi menghidupi… Entah dirinya sendiri, keluarganya dsb.. Itu adalah tempat gw.. Ya.. Betul.. Sekarang , baru sekarang gw curahkan.. Nggak.. Gw gak bermaksud menelusuri mereka mau kemana, niatnya apa, jadinya mereka apa, hasilnya bagaimana. Nggak. Yang gw pengen kan… Membantu mereka semua, tanpa membebani mereka, dengan cinta, cipta, karsa, karya dsb. Tanya kabar, kasih senyuman, cari info harga, jualin, reseller, ngindent,
Maksimal jalan seorang Ardista Arrachman adalah dari rejomulyo jalan kaki pulang pergi ke kota. Kalo disuruh jalan lagi ke mana gak bisa, karena tepar di rumah. Mungkin gw harus kurangi kesedihan gw atas “kontrol masalah, kemirisan, kesedihan yg ada”. Syukur2 bisa menyulap jadi karya seni. Ngetik aja sudah alhamdulillah. Mau kasih tag apa, kata kunci apa, abstrak gimana. Nyusul.

Jujur saya pas di sd, smp, sma itu naik kelas terus.. Alhamdulillah.. Tapi ternyata pas masuk dunia perkuliahan itulah ujian baru kerasa. Lanskap hidup berubah. Semangat diuji. Keyakinan diuji. Mental. Pertanyaan mulai banyak muncul. Waktu itu aku belum kenal jurnal. Padahal jurnal itu membantu kita menganalisa ke depannya. Dari hasil data sehari hari yg muncul bisa dikaji sejauh mana perkembangannya, apakah turun atau naik ratingnya, apakah besar perubahannya, pengaruhnya. Yang saya waktu itu belum sempat mengenali.
Waktu 2012, 2013 seorang dista rajin kuliah, kerjain tugas kelompok, kadang tugas editor, pembahasan, pendahuluan, macem2 yg menurut dia itu buang2 waktu. Kenapa? Karena gak dikirim ke perlombaan karya ilmiah lah dsb. Jadi kerjain tugas hanya untuk dapet nilai tugas, seperti mahasiswa pada umumnya dapet IPK bagus. Gw akuin IPK bagus kadang bisa bikin bangga diri sendiri. Jadi bermanfaat lah sbg track record, walaupun gak ada ngaruhnya dengan dunia kerja. Ada kok pendapat yg menyatakan itu pembahasannya di internet.
Kemudian coba2 ikut organisasi, sementara dia merasa agak minder, cepat lelah. Kadang diforsir tenaga pikiran agar bisa nyelesaiin masalah di pikiran. Tapi gak itu poinnya bos. Dia gagal merasa empati menyatu dengan komunitasnya. Cenderung menghindar karena takut pusing. Malah tidak bangga menjadi muslim yg dipraktekkinnya. Pertanyaan menjadi2. Akhirnya dia di tahun Jadi aktivis takut gak bisa ngomong,  dsb. Malah memilih menyendiri daripada bergaul, interaksi saling mendoakan banyak orang. Asik sendiri. Ujungnya depresi. Ya pada tahun 2014/2015 gw lupa, gw depresi. Ortu menjenguk ke bogor. Ditambah gw sedih karena masalah keluarga. Bukan adik gw meninggal yg bikin gw sedih. Tapi kenapa papa nggak ngajarin solat. Gw sebagai anak menuntut bahwa harusnya tahu dong bahwa hidup di dunia ini sementara ibarat disuruh kerja ada SOP nya. Gw berdoa bisa reuni bareng di surga sekeluarga. Eh ternyata.. Dista yg gak sanggup menerima dirinya itu seolah kesadarannya diambil. Dia lebih tenang, kadang nangis, kadang menjerit. Mood nya mudah berubah, menyebabkan cuti kuliah pun diambil. Solat 5 waktu tetep.

Mau nikah ga jadi, ternyata bukan jodohnya. Gw sendiri yg nunjukkin ke perempuan itu bahwa gw doain jodohnya satu kota dengan dia. Bukan beda kota, dia bogor gw madiun. Sementara gw belum punya penghasilan

Sekarang 2019 des.. Temen yg pernah seperjuangan sekarang sudah sukses punya keluarga punya kerjaan yg dia berjihad menafkahi keluarganya, mang Idan , Tanjung, Gw berharap positif dari ini dan tidak bermaksud mengasihani diri gw.. Gw berdoa ya Allah semoga gw kayak mereka aja punya keluarga kecil, sehari2nya berjihad di jalan Allah menafkahi keluarganya.. Pengen banget seperti itu.. Itu harapan seorang Ardista di desember 2019 akhir taun jika masih diberi umur yg panjang.. Dan tentunya atas doa mama juga seorang dista bisa berkawan dengan depresi nya, tidak melawannya yg menguras Enerji, tapi ikhtiar, ikhlas, tawakal, pasrah pada Allah subhanahu wa ta’ala

Pernah ngalamin fokus tulis dream, tapi malah gak terlaksana gara2 fokus ke hal lain atau males..
Daripada nulis dream yg seharusnya jadi motivasi ke depannya, langsung action apa yg diinginkan, apa yg jadi passion.. Apa jadinya? Malah jadinya pengen lari, semangat, tapi baru beberapa meter ngos2an, baru tau cara menyeimbangkan nafas, maka diterapin biar teratur nafasnya tidak fokus pada capek..
Amburadul.. Apakah seamburadul itu baik?

Ya mau hidup kemana hidup ini kalo nggak fokus pada tujuan yg dibuat. Ustadz Adi Hidayat menggunakan cara itu. Metode2 yg beliau jelaskan semua membuat jadwal, coba, gagal lagi, coba jangan menyesal, jangan menyerah.
Apakah hidup ini efektif jika dream kita, strategi, aktivitas kita teratur fokus kita sesuai?
Harusnya iya. Hasilnya pun harusnya bagus atau sesuatu ekspektasi.. Ini gak pake tuhan gak Pake Allah azzawa jalla. Apa artinya? Mereka bisa jadi dapet itu semua harta, wanita bahkan tanpa agama. Tapi sebaliknya yg berusaha taat coba jalanin solat 5 waktu berjamaah di masjid saja 1-2 hari bisa..
Tapi bagaimana jika dia berhasil sebulan?baguskan.. Dia bisa menjadi muslim yg taat selama sebulan.. Jangan alergi pemurtadan masal, kalo kena, syahadat lagi.. Hidup ini penuh cobaan. Lain kali kita bahas ya apa sih dan kenapa islam?
Kenapa belajar Islam dengan baik dan benar itu penting?
Punya guru itu penting.. Tidak merasa paling benar sendiri.. Menghormati pendapat orang lain.. Apalagi sanad berguru kita itu berpengaruh pada ilmu yg didapat. Jadi kita menghormati silsilah guru kita, ada sejarahnya dalam berguru.
Kenapa menghafal Al Quran jadi penting buat kesehatan, kecemerlangan otak?
Berdasarkan riset itu sudah ada. Dan itu yg secara pribadi gw pengen banget hafalan gw nambah,
Kenapa sih kita harus hijrah dan menuntut ilmu di negeri orang?
Karena banyak ulama, ahli agama , orang soleh pada masa dahulu melakukan hal itu.
Apakah ada kaitannya dengan berpindah nya kita

Apakah anda ini ingin diekspos semangatnya, kebaikannya oleh banyak orang? Seperti keluarga halilintar misalnya..

Kadang kita masih agak kesel, pusing kalo ngelihat temen2 seangkatan lebih sukses daripada kita. Yg nge like uplod fotonya banyak, like status banyak, komen banyak. Interaksi mereka positif, saling mengingatkan terjadi. Punya keluarga yg diperjuangkan buat anak2nya jugaa. Ini masalah bos. Bisa jadi kita gak lulus kerendahan hati, keikhlasan hati dalam menerima apa adanya informasi yang kita terima.
Kita dibuat marah, kesel, iri tapi kita tolak. Wa min syarri haasidin idzaa hasad. Dari kejahatan pendengki apabila ia dengki. Kita minta perlindungan pada Yang Merajai Hati Manusia, yg membolak balikkan hati manusia bos. Kita ini kadang diuji hati kita ini baik atau penuh rasa iri.

-Iri karena dia punya keluarga?
-sekarang gw tanya kenapa iri? Kan dia punya tanggung jawab menafkahi keluarga nya, punya tanggungan untuk bersama sekeluarga masuk Surganya Allah subhanahu wa ta’alaa. Beda dengan jomblo yg gak ada tanggungan. Gaene ngegame, nonton vidio porno. Pengen tobat dari itu semua, memulai kehidupan baru, dengan pemuasan seksual yg sah dengan pasangan dan berjihad menafkahi keluarga. Ya itulah kehidupan setelah jomblo, yg bila masih diberi umur pasti akan menjalaninya. Pasti. Kenapa kita (bagi yg jomblo ya) tidak meminta itu? Banyak keluarga normal yg berhasil membesarkan anaknya. Tapi untuk mendidik anak2nya agar bisa sama2 masuk surgaNya Allah mau tidak?
-tapi apakah bisa bersama2 masuk Surganya Allah kelak akan menjadi pertanggungjawaban kita sebagai kepala keluarga.
-apakah ada anak yg ke ayahnya bilang gak papa kan yah beda agama? Gimana perasaan kalian bila seperti Deddy Corbuzier yg muallaf bertanya pada rekan podcast nya bagaimana jika anakmu beda agama dengan dirimu sebagai ayah.
-sudah muallaf tapi mau anaknya masuk islam, ya begitulah bahwa hidayah itu turunnya dari Allah bukan dari manusia. Seperti paman nabi, Abu Thalib saja membela nabi tapi tidak masuk islam. Saya tidak bermaksud yg bukan islam itu kafir, memang itu yg disebutkan di Quran.

Banyak lost writing. Baru kebangun dua tiga kata saja mana terusan nya? nggak tau arahnya mau kemana.. Jadi hapus saja boleh..

Nggak lulus ya.. Kasihaan..
Nggak lulus ya.. Alhamdulillah gak lanjut ke tingkat advance (lebih tinggi).. Beginner(level pemula) aja biar gampang nyelesainnya.. Biar gampang menang nya gampang senangnya.. Ibarat main game ya gitu, levelnya pemula wae biar menangan. Level = kelas. Biasanya ada 3 level : easy, medium, hard, expert atau apprentice, beginner, medium, expert, master. Bukan cari tantangan. Kalo orang suka tantangan maka dia akan pilih level yg lebih tinggi dari sebelumnya. Karena tingkat kesulitannya berbeda. Namanya kalo tingkat kesulitannya berbeda, menurut gamemakernya ya belum tentu sama dengan playernya. Bisa jadi player nya menyelesaikan game dengan skor tertinggi. Dan skor itu juga termasuk prestasi kebanggaan. Bisa jadi sejarah memecahkan puzzle sulit ( dista agak gak berminat sama game yg sulit2 hehe.. Lebih suka petualangan adventure, sesuai gamefaq yg tertulis. Jadi dista bisa dapat experience yg diharapkan gamemakernya. Ya dista lebih suka menikmati grafisnya, alurnya, percakapannya (optional), tujuan main game ini dapet apa, melatih ketangkasan, kejelian, ya kalo bisa pecahin high score, menamatkan game dengan alur cerita terbaik, kalo bisa hehe..)

Setelah merenungi beberapa waktu, saya menyadari bahwa doa seorang ibu, permintaan kita sebagai seorang anak kepada ibunya mau ibu kandung, ibu penjual nasi di warung, ibu kost, itu penting dan berpengaruh pada kesuksesan kita menjalani ujian kehidupan. Tidak hanya ujian sekolah, ulangan harian, UTS, UAS, ujian praktek, ujian teori, ujian kehidupan juga. Baik diuji materi, non materi, pemahaman, pemikiran, ilmu pengetahuan, akhlak, dst. Yang ingin dista tekankan adalah jangan lupa minta doa restu nya, kalo bisa cium tangannya sebelum berangkat sekolah, sebelum berangkat kerja, sebelum menuntut ilmu. Apakah hal tersebut berpengaruh pada saat mengerjakan atau menjalani ujian? Menurut dista ya. Selain lebih legowo, lebih nerimo, lebih sabar bisa lebih dari pada itu semua. Meski ada yg bilang gak ngaruh yg penting kita siap, kita cerdas, pintar menyelesaikan masalah namun ada aspek lain yg perlu diperhatikan. Lain kali kita cari, kita bahas aspeknya ya.

Suatu hari ada pemuda gak lulus sedang ingin solat. Ya solat wajib. Tapi kepalanya pusing. Apa diruqyah aja ya? Jawaban dia nanti kalo tambah pusing gimana. Apa minum obat aja hmm..

Berani beraninya gak lulus nyantai. Bayangkan saja anda sedang bekerja di kantor pos ditanyain tentang ini itu.
-mas sampe nya surat kapan?
-mas apakah kantor pos itu karyawannya bergantung pada penghasilan biaya pengiriman, bayar2 listrik, air, bpjs? Kok bisa mencukupi semua karyawan ya? Yang manajer, masuk ke jabatan saja yg digaji, sedangkan agen penghasilan nya bergantung perbuatannya. Dan yg magang diopeni dapat makan gratis paling. Itu pun alhamdulillah.
-mas gak pengen jadi pengusaha yg jualan di medsos penghasilannya gede? Iya kalo orderannya banyak, apalagi banjir orderan, Sampeyan aja saya yg kirimin barang nya, karena saya tidak bisa fokus ke dua kerjaan, ngurusin orderan dan kirim sekaligus. Harus ada team baru bisa jalan.
-mas gak mau kerja kayak remote employee kerjanya gak melulu di kantor, tapi bisa pindah2 di hotel, park sesuai kenyamanan dan fasilitas yg disediakan, kan enak?
Iya sih. Aku juga pengen. Tapi nanti yg gantiin jaga di kantor siapa? Yg nerima paket, surat orang2? Dan juga kerja kayak gitu gimana caranya, ngikutin siapa? Ya moga2 sempat liat tutorialnya..

Mengagumi sejarah memang penting bagi ketenangan, kepuasan jiwa. Kenapa? Karena sejarah itu memang penting. Tak hanya yg diajarkan di sekolah, apalagi kalo kita baru belajar satu referensi. Kalo banyak, ya semoga di sempat kan ya. Kita jalan2 di perpus, bingung mau baca apa, topik apa. Melihat2 judul. Kayaknya semua judul menarik. Maka terbersitlah untuk membaca cepat. Scan. Manakah yg menarik menurut kita. Maka kita buat review, ulasan. Ya namanya sempat ya dilakuin.

Ada juga hubungan antara yg dista rasakan saat dia gak lulus S1 dengan solat yg selama dilakukannya adalah karena imannya lemah. Apa mungkin orang solat imannya lemah? Apa mungkin orang berusaha taat malah Allah gak bantu?
Dari pertanyaan di atas jangan di sama kan lagi sama mahasiswa yg emang pinter banget, gaul, organisasi juga oke, lulus bisa mau punya kerja, membuka lapangan kerja, atau kerja sama.
Dista memang pernah berangan seperti itu. Namun banyak kelemahan yg ada di dirinya sehingga tak seperti itu. Memang pas ujian SD sewaktu kita SD sulit kerjakan ujiannya, tapi pas SMA atau sudah dewasa jadi mudah. Bisa dikatakan mudah nyerah. Kok bisa? Dicap mudah nyerah? Mudah menyerahkan urusan pada Allah SWT. Alias tawakal. Namun perbaikan diri alias self improvement tetap berjalan selagi masih diberi kesempatan berharga untuk beribadah memujiNya setiap hari.

Karena buat apa usaha tinggi namun banyak tinggalan ulama yg tidak ia pelajari. Buat apa? Padahal di saat yg sama ia juga ingin buat peninggalan buat siapa pun yg membuka websitenya semoga di curah kan keselamatan, keberkahan baginya. Keberanian. Kebersamaan. Untuk peduli terhadap umat. Cinta pada umat sebagai mana Rosul Muhammad SAW mencintai kaum nya termasuk kita. Semoga🙏🏼.

Pernah tidak dicap wah anda ini pesimis?
Gimana buktinya? Ya poko nya anda pesimis. Kok bisa bagaimana contohnya? Ditinggalin. Diam. Dan kita dicap pesimis. Pernah bayangin seperti itu? Kudu piye ngono wi? Ra loro sih, sabar yo ra masalah.

Padahal ditinggalin. Terus diam. Itu belum tentu pesimis. Diam itu emas. Daripada berkata yg penuh dusta. Ngomong tapi nggak pede juntrungannya. Aku hanya ingin manfaat kan kebon belakang kantor pos manisrejo menjadi taman indah. Tidak hanya ditinggalin belukar semak yg merajalela.

apa jadinya
Tapi kan fitrah manusia

Tinggalkan komentar